Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Daerah  

Ribuan Hektar Lahan Sawah di Kelurahan Babau Terancam Gagal Panen

kabar-independen.com
IMG 20220927 123550 scaled

Oelamasi, KI – Ribuan hektar lahan sawah di Kelurahan Babau dan Merdeka Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang – NTT terancam gagal panen akibat rusaknya bendungan yang biasa disebut bendungan leter T karena tersapu banjir beberapa hari lalu.

Rusaknya bendungan tersebut berdampak langsung pada ribuan hektar lahan di lokasi persawahan mangga lima, naiheli dan dalam kom (merupakan sebutan nama lokasi sawah oleh petani sekitar-red) akan mengalami kekeringan dan terancam gagal panen.

“Bencana Banjir yang terjadi beberapa hari kemarin di kelurahan Babau khususnya bendungan leter T yang mengairi ribuan hektar sawah di mangga lima, naiheli dan dalam kom rusak berat, ribuan hektar terancam gagal panen,”ujar Samuel Koroh anggota DPRD Kabupaten Kupang, Selasa (07/02/2023) di gedung DPRD.

Banjir yang terjadi beberapa hari lalu kata dia berhasil menjebol bantalan bendungan leter T hingga air tidak mengalir melalui saluran pembuangan air menuju tiga lokasi persawahan di maksud. Akibatnya sekitar 3000 hektar sawah yang terbentang luas di kelurahan Babau dan Kelurahan Merdeka akan gagal panen tahun 2023.

Menurutnya, untuk mengantisipasi terjadinya gagal panen maka pemerintah perlu segera menentukan sikap, segera mengambil langkah taktis memperbaiki bendungan yang rusak itu.

“Untuk antisipasi jangka pendeknya pemerintah berikan bantuan tanggap darurat berupa kawat bronjong agar air dapat dibendung masuk melalui saluran irigasi untuk mengairi sawah yang ada. Alat berat yang ada di lokasi kalau dibuat tanggul dari tanah tidak mampu menahan luapan banjir,”ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas PUPR Teldi Sanam kepada awak media di Kantor Bupati Kupang mengatakan, sudah mengerahkan alat berat ke lokasi bendungan untuk tanggap darurat.

“Alat berat sudah ada di lokasi, masyarakat jangan cemas,”imbuhnya.

Teldi Sanam mengaku segera berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II untuk segera ditangani secara permanen. (Jessy)