Oelamasi, KI – SMPN 13 Fatuleu hanya memiliki tiga ruang kelas yang digunakan untuk KBM, dua diantara ruang kelas itu berlantai tanah, dinding berlubang, atap dari seng yang sudah berkarat, meja dan kursi yang dipinjam dari SDN Oelbima.
Sekolah dengan status negeri yang dibangun tahun 2018 di Desa Oebola Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang ini ternyata juga tidak memiliki ruang guru, untuk kepentingan rapat guru serta menyambut tamu dilaksanakan di bawah pohon.
Desmis Tulle Kepala SMPN 13 Fatuleu, Kamis (17/11/2022) mengatakan, sekolah negeri dengan tiga ruang kelas ini memiliki siswa sebanyak 75 orang dengan jumlah tenaga pendidik 9 orang dengan rincian 7 orang berstatus tenaga honorer, 1 orang tenaga kontrak daerah dan 1 orang ASN. Tahun 2022 sekolah ini akan meluluskan angkatan pertama.
“Prinsip kami walaupun gedungnya darurat tapi anak – anak kami otaknya tidak darurat, walaupun dengan kekurangan yang kami alami selama ini tapi kami tetap semangat dan berusaha maksimal agar siswa bisa ikut KBM dengan baik,”ujarnya
Ia berharap pemerintah Kabupaten Kupang, pemerintah Provinsi NTT hingga Pemerintah Pusat tidak menutup mata dengan kondisi sekolah yang seperti itu.
Selain kondisi gedung tidak layak, sarana dan prasarana pendukung lainnya pun tidak dimiliki. Hal ini disiasati dengan menciptakan metode pembelajaran yang menyenangkan baik bagi siswa maupun tenaga pendidik.
Kendala terbesar yang dialami selama proses KBM setiap hari yakni ketiadaan sarana prasarana pendukung seperti bahan ajar, alat peraga serta sarana prasarana pendukung lainnya.
“Sekolah ini sudah berkali-kali ajukan proposal tapi sampai hari ini belum ada jawaban, saya sudah koordinasi dengan dinas terkait dan jawabannya DAU dan DAK tahun ini tidak ada, alasannya bahwa dengan adanya covid maka semua dana dialihkan ke covid,”ungkapnya.
Dian Rini Bees Guru Bidang Studi Bahasa Inggris mengaku telah mengabdi di SMPN 13 Fatuleu sejak awal berdirinya sekolah sejak 04 Juli 2018 silam.
Menurutnya tiga ruang kelas dibangun oleh masyarakat setempat dengan cara swadaya, semua disuplai oleh masyarakat setempat. Cikal bakal berdirinya sekolah ini sebenarnya sejak tahun 2016. Setelah usai dibangun tahun 2018, sekolah ini hanya memiliki 1 rombongan belajar.
“Tiga ruang kelas ini yang dibangun masyarakat, ini swadaya dari masyarakat. Kami beberapa orang guru yang masak untuk masyarakat kerja ini gedung, pemerintah tolong bantu kami para guru dan anak – anak bangsa yang kami didik,”ujarnya.
Sebagai pendidik yang tugas utamanya mendidik generasi bangsa, dirinya selalu bersemangat mengajar walau segala fasilitas sangat terbatas. Ia sangat yakin akan ada pihak yang mengulurkan tangan membantu segala fasilitas di sekolah ini kelak dikemudian hari.
Ningsih Marlince Bessie guru bidang studi agama Kristen protestan, salah seorang honorer PPPK mengatakan dirinya menjadi pendidik di SMPN 13 Fatuleu sejak sekolah ini didirikan tahun 2018.
“Gedung sekolah kami tidak sama seperti sekolah lainnya,”ucapnya.
Ia mengaku dengan kondisi dinding sekolah yang berlubang, sering terjadi saat ia sedang mengajar ada saja ulah siswa yang keluar ruang kelas melalui lubang di dinding atau saat turun hujan kondisi kelas basah lantaran air hujan masuk melalui lubang – lubang dinding dan atap sekolah yang bocor.
Semua guru merasa was-was ketika terjadi angin kencang, sebab dengan kondisi gedung darurat yang semuanya terbuat dari kayu akan sangat mudah diterbangkan angin puting beliung.
“Kami mohon pemerintah bisa memperhatikan kami di SMPN 13 Fatuleu ini,”ujarnya berharap. (Jessy)
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.